Wednesday, 26 August 2015

     Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) merupakan sel surya generasi baru yang pertama kali ditemukan oleh Michael Gratzel dan Brian O’Regan pada tahun 1991 di École Polytechnique Fédérale de Lausanne, Swiss. DSSC menghasilkan listrik dengan cara mengkonversi cahaya matahari menjadi energi listrik. Secara umum, DSSC terdiri dari elektroda kerja, larutan elektrolit dan sebuah elektroda lawan (Counter Electrode). Elektroda kerja tersusun dari lapisan semikonduktor seperti TiO2 yang ditumbuhkan pada substrat transparent conductive oxide (TCO) berupa ITO/FTO. Dye yang melekat pada semikondukor TiO2 merupakan bagian yang berfungsi sebagai photosensitizer (penyerap cahaya). Struktrur dan cara kerja sederhana DSSC ditampilkan dalam gambar berikut.
Struktrur dan cara kerja DSSC
    DSSC sangat potesial dikembangkan karena memiliki sejumlah keuntungan yaitu bersahabat dengan lingkungan, dye tersedia dalam jumlah banyak dan mudah dalam proses ekstraksi, serta biaya produksinya yang murah. Dye organik dapat diperoleh dari alam dengan mengekstrak pigmen seperti klorofil a dan b, karoten, xantopil, betacyanin, betaxantin, flavonoid dan antosianin dari tumbuhan. Cara mengekstrak pigmen dari tumbuhan dilakukan dengan proses maserasi. 
     DSSC sangat bagus untuk dikembangkan di Indonesia mengingat indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan spesies tumbuhan, selain itu negara kita memiliki intensitas penyinaran matahari yang tinggi dengan lama penyinaran yang panjang. Total intensitas penyinaran matahari di Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia rata – rata 4.500 Wh/m2 dan 5.100 Wh/m2 setiap hari. Nilai tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan Jepang yang total intensitas penyinarannya hanya 150 – 180 Wh/m2 setiap hari.

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Flag Counter
Powered by Blogger.

Popular Posts