Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) merupakan sel surya generasi baru yang
pertama kali ditemukan oleh Michael Gratzel dan Brian O’Regan pada tahun 1991
di École Polytechnique Fédérale de Lausanne, Swiss. DSSC menghasilkan listrik
dengan cara mengkonversi cahaya matahari menjadi energi listrik. Secara umum,
DSSC terdiri dari elektroda kerja, larutan elektrolit dan sebuah elektroda
lawan (Counter Electrode). Elektroda kerja tersusun dari lapisan semikonduktor
seperti TiO2 yang ditumbuhkan pada substrat transparent conductive oxide (TCO)
berupa ITO/FTO. Dye yang melekat pada semikondukor TiO2 merupakan bagian yang
berfungsi sebagai photosensitizer (penyerap cahaya). Struktrur dan cara kerja
sederhana DSSC ditampilkan dalam gambar berikut.
Struktrur dan cara kerja DSSC |
DSSC sangat potesial
dikembangkan karena memiliki sejumlah keuntungan yaitu bersahabat dengan
lingkungan, dye tersedia dalam jumlah banyak dan mudah
dalam proses ekstraksi, serta biaya produksinya yang murah. Dye organik dapat diperoleh dari alam
dengan mengekstrak pigmen seperti klorofil a dan b, karoten, xantopil,
betacyanin, betaxantin, flavonoid dan antosianin dari tumbuhan. Cara
mengekstrak pigmen dari tumbuhan dilakukan dengan proses maserasi.
DSSC sangat bagus untuk
dikembangkan di Indonesia mengingat indonesia merupakan negara tropis yang kaya
akan spesies tumbuhan, selain itu negara kita memiliki intensitas penyinaran
matahari yang tinggi dengan lama penyinaran yang panjang. Total intensitas
penyinaran matahari di Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia rata – rata
4.500 Wh/m2 dan 5.100
Wh/m2 setiap hari.
Nilai tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan Jepang yang total
intensitas penyinarannya hanya 150 – 180 Wh/m2 setiap hari.
0 comments:
Post a Comment